BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di sektor
pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional,
karena pembangunan pertanian berkaitan erat dengan pembangunan industri,
kesehatan, perbaikan ekonomi dan penyediaan sandang, papan serta lapangan kerja
dan lain-lain. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan titik berat kepada upaya peningkatan kesejahteraan umum yang
berusaha di bidang pertanian (Tanmella, 2001).
Perkembangan pertanian di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan upaya pemenuhan bahan pangan
nasional, terutama beras (Taryoto & Pranadji, 1995). Hal ini dikarenakan
beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia,
dengan aktivitas produksinya yang melibatkan sekitar 40 persen tenaga kerja
pertanian, merupakan komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun
politik. Kelangkaan produk ataupun instabilitas harga beras dapat menimbulkan
keresahan masyarakat yang selanjutnya dapat memicu gangguan stabilitas sosial,
ekonomi serta keamanan.
Tidak terbantahkan bahwa
sektor petanian dalam pembangunan menjadi penyangga ekonomi nasional pada saat
krisis ekonomi. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor penyedia lapangan
kerja nasional terbesar yaitu lebih dari 40 persen kesempatan
kerja nasional berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan
penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang merupakan kebutuhan
dasar dan hak asasi manusia. Selain itu, sektor pertanian juga menyediakan
pasar yang sangat besar untuk produk manufaktur karena jumlah penduduk
pekelurahanan yang besar dan terus mengalami peningkatan. Sektor pertanian
merupakan salah satu sektor yang paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan
di wilayah pekelurahanan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di
sektor petanian.
Upaya peningkatan
kesejahteraan bagi masyarakat secara menyeluruh telah dilakukan oleh pemerintah
pada berbagai bidang/sektor pembangunan. Pada sektor pertanian, upaya penanggulangan
terhadap masalah yang dihadapi petani kecil diwujudkan dalam berbagai program,
seperti pengadaan peralatan pertanian, pengadaan bibit unggul, pengadaan pupuk,
pengadaan kredit, dan pembentukan koperasi petani. Kebijaksanaan pemerintah ini
walaupun dimanfaatkan para petani di berbagai daerah sesuai tujuannya,
tampaknya hal tersebut belum merata untuk daerah lain.
1.2 Tujuan Praktek Lapang
Tujuan dari praktek lapang ini
adalah :
a)
Mengetahui penggunaan faktor-faktor produksi pada
produksi usaha tani.
b)
Menghitung
biaya produksi pada usaha tani.
c) Menghitung produksi dan pendapatan Usahatani jagung.
1.3 Kegunaan Praktek Lapangan
Kegunaan dari praktek lapang ekonomi produksi adalah :
a)
Sekaligus bahan informasi dalam
menganalisa pendapatan petani responden sekaligus pengaplikasian materi yang
diterima di bangku kuliah.
b)
Dapat melihat secara langsung
pelaksanaan kegiatan usahatani di pedesaan.
c)
Dengan adanya praktek lapang
merupakan salah satu latihan dalam pengambilan data untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep
Produksi
Konsep
adalah lambang-lambang yang dipergunakan untuk menyatakan buahpikiran yang mempunyai arti khusus. Sedangkan hukum adalah
peraturan-peraturan tentang sesuatu hal yang telah disepakati kebenarannya.
Konsep produksi yang sering dijumpai di
bab yang lebih lanjut adalah sebagai berikut :
a)
Konsep Efisiensi Ada dua konsep
efisiensi dalam penyelenggaraan produksi yaitu efisiensi teknis dan ekonomis.
Efisiensi teknis menyatakan perbandingan output fisik dengan input fisik telah
mencapai maksimum. Efisiensi ekonomis menyatakan kondisi proses produksi elah
mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (bukan berupa hasil produk
fisik).
b)
Konsep Keuntungan Maksimum dan
Kerugian Minimum Keuntungan maksimum dan kerugian minimum merupakan
perwujudan perilaku produsen yang mengejar kepuasan maksimum dari apa yang
dikerjakan. Dengan menggunakan konsep tersebut memudahkan analisis kuantitatif
dari perilaku produsen yang bersifat abstrak.
c)
Konsep Optimasi Optimasi adalah
keputusan produsen bekerja dengan optimal (optimum = seimbang = baik). Keadaan
ini tercapai jika keuntungan maksimum tercapai atau dalam kerugian minimum.
d)
Konsep Jangka Waktu Produksi
Ada dua jangka waktu yang menjadi perhatian dalam analisis produksi yaitu
jangka pendek (Short Run) dan jangka panjang (Long Run). Short Run adalah waktu
yang cukup lamauntuk mengubah output tanpa mengubah kapasitas usaha
(perusahaan). Sedangkan Long Rn adalah jangka waktu yang cukup lama untuk
mengubah output dengan mengubah kapasitas usaha (perusahaan).
e)
Konsep Mekanisme Pasar
Mekanisme pasar adalah bekerjanya perekonomian melalui pasar. Dalam mekanisme
pasar, tingkat harga ditentukan oleh kebebasan bertindak agen-agen ekonomi yang
menghasilkan kekuatan permintaan dan penawaran.
f)
Konsep Marjinal/Marginal Konsep
adalah perbandingan antara nilai tambahan produk dengan nilai tambahan satu
satuan input.
2.2.
Produksi Total, Produksi Rata – Rata, Produksi Marginal
Produksi adalah kegiatan mengubah faktor produksi
menjadi barang dan jasa. Semua faktor yang terlibat dalam proses produksi
disebut faktor produksi (input produksi) adapu jenis – jenis
produksi dapat kita lihat dibawa ini :
a)
Produksi total (total product)
adalah banyaknya produksi yangdihasilkan
dari kombinasi penggunaan faktor produksi.TP =f (x)
b)
Produksi marjinal (marginal
product)adalah tambahan produksi karenapenambahan penggunaan satu unit faktor
produksi. MP = ∆TP/∆x
c)
Produksi rata-rata (average
product) adalah rata-rata output yang dihasilkanper unit faktor produksi.AP = TP/x = f (x)/xSecara matematis TP akan
maksimum apabila turunan pertama dari fungsinilainya sama dengan nol. Turunan
pertama TP adalah MP, maka TPmaksimum pada
saat MP = 0.
2.3 Faktor-faktor Produksi
Hernanto (1989), menyatakan dalam
usahatani selalu ada empat unsur pokok dalam usahatani atau yang sering juga
disebut sebagai faktor-faktor produksi, yaitu :
1.
Tanah
Tanah
usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Tanah
tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa,
bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan
tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur ataupun tumpangsari.
2.
Tenaga
Kerja
Jenis
tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria,
wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan,
pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan.
Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan
cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja
dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1
hari kerja pria (HKP); dan 1 wanita = 0,7 HKP; 1 ternak = 2 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP.
3.
Modal
Unsur
lainnya yang mendukung kelancaran suatu kegiatan usahatani adalah modal. Modal
dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran
selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik
sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/famili/tetangga dan
lain-lain), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.
4.
Pengelolaan
atau Manajemen
Pengelolaan
usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya
dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Untuk
dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pengenalan pemahaman terhadap
prinsip teknik meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b)
perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai; (d) daya dukung
faktor cara yang dikuasai; dan (e) cara budidaya dan alternatif cara lain
berdasar pengalaman orang lain. Pengenalan dan pemahaman prinsip ekonomis
antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c)
pemasaran hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan
pendapatan; serta (f) ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim. Panduan penerapan
kedua prinsip itu tercermin dari keputusan yang diambi, agar resiko tidak
menjadi tanggungan si pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung
kepada: (a) tersedianya modal; (b) status petani;
(c) umur; (d) lingkungan usaha; (e) perubahan sosial; serta (f) pendidikan dan
pengalaman petani.
2.4
Konsep
Biaya Produksi
Konsep biaya produksi sangat penting untuk
pengambilan keputusan. Dalam menentukan jumlah barang yang akandiproduksi akan
ditentukan oleh biaya produksi per unit.
Biaya
produksi merupakan jumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat di pisahkan menjadi : (1)
opportunity cost, yaitu biaya yang diperhitungkanatau biaya imbangan dan (2)
actual cost yaitu biaya yang sesungguhnya telahdikeluarkan. Konsep biaya
opportunitas merupaakan dasar dari azaskeuntungan komparatif.Analisis biaya
produksi dibedakan menjadi dua, (1) biaya jangkapanjang (long run) dan (2)
biaya jangka pendek (short run). Pada analisisbiaya jangka pendek adalah
terdapat faktor produksi yang tetap, sedangkan jangka panjang semua faktor
produksi dapat di ubah- ubah. Jadi Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang
dilakukan olehperusahaan untuk memperoleh factor-faktor produksi dan
bahan-bahanmentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang
diproduksikan.
2.5 Biaya Total, Biaya Rata – rata, Biaya Marginal
Biaya
produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan olehperusahaan untuk
memperoleh factor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan, adapun biaya – biaya
produksi dapat kita lihat di bawa ini :
1.
Total Cost (TC) atau biaya total, yaitu penjumlahan biaya tetap dan
biayavariabel. TC = TFC + TVC.
2. Biaya
rata – rata di bagi atas dua yaitu:
-
Average Variabel Cost
(AVC) atau biaya variabel rata-rata adalah semua biaya
lain selain AFC yang dibebankan pada setiap unit output. AVC =TVC/Q.
-
Average Total Cost
(ATC) atau biaya total rata-rata biaya produksi dari
setiap unit output yang diproduksi. ATC = TC/Q.
3. Marginal Cost
(MC) atau biaya marjinal adalah kenaikan dari total cost
yang diakibatkan oleh tambahan satu unit output yang diperoduksi. MC = ∆TC/∆Q
BAB III
METODE
PRAKTEK LAPANG
3.1 Lokasi Praktek Lapang
Kegiatan
praktek lapang ini dilaksanakan pada tanggal 8-9 Desember 2012 yang berlokasi
di Desa Bonto Maccini, Kecamatan Sinoa, Kabupaten Bantaeng.
3.2 Metode Praktek Lapangan
Metode praktek lapang yang digunakan adalah metode survei. Tujuan dari metode survei adalah
memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat atau karakter
yang khas dari kasus atau status dari individu yang kemudian sifat-sifat yang
khas tersebut akan dijadikan hal yang bersifat umum (Nazir, 2003).Kriteria
responden yang dipilih adalah 1) bersedia diwawancarai dengan dipandu kuesioner
yang disediakan dan 2) petani yang menjadi respoden adalah petani pemilik lahan atau penyakap lahan.
3.3 Metode
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara
yakni pengumpulan data primer dengan melakukan wawancara kepada para petani
secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan Quisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, serta pengumpulan
data sekunder yang diperoleh dari Kantor
Desa setempat.
3.4
Metode
Analisis Data
Analisis
data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif, dimana data yang telah
dikumpulkan kemudian dikelompokkan lalu ditabulasi dalam bentuk tabel. analisis
biaya dan pendapatan petani, meliputi :
a) Gross Output
Gross Output (
GOP ) adalah pendapatan kotor yag diterima oleh petani yang diperoleh dari
jumlah produksi yang dihasilkan lalu dikalikan dengan harga komoditi tersebut.
Harga atau nilai produksi itu dinilai berupa uang dari bagian yang telah dijual
untuk memperoleh GOP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus di bawah
ini :
GOP = Produksi
x Harga
dimana,
GOP
= Gross Output ( Rp )
Produksi = Jumlah komoditi
yang dihasilkan dari suatu kegiatan usahatani ( Kg )
Harga =
Nilai produksi dalam setiap satuan (Rp/Kg).
b)
Gross Margin
Gross Margin (GM) merupakan selisih antara
penerimaan
(GOP ) dengan total biaya variabel. Angka gross margin yang merupakan
konstribusi usaha terhadap biaya tetap dan keuntungan setelah biaya variabel
dibayar adalah diperlukan dalam perencanaan ushatani, ini dapat dilihat pada
rumus di bawah ini :
GM = GOP - BV
dimana,
GM = Gross Margin
GOP = Gross Output
BV = Biaya Variabel
c)
Net Farm Income
Net Farm
Income ( NFI ) adalah pendapatan bersih yang diterima oleh petani, yang
diperoleh setelah Gross Margin dikurangi dengan Biaya Tetap, ini seperti pada
rumus di bawah ini :
NFI = GM - BT
dimana,
NFI = Net Farm Income ( Rp
)
GM =
Gross Margin ( Rp )
BT = Biaya Tetap
d)
R/C Ratio
R/C
Ratio adalah merupakan perbandingan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan
selama sekali proses produsi. Ada beberapa penilaian terhadap keberhasilan
pengelolaan usahatani sehingga dapat bernilai untung, rugi atau impas. Untuk
lebih jelanya dapat dilihat pada rumus di bawah ini :
Total Revenue
R/C Ratio = ----------------
Total Cost
dimana,
R/C
Ratio Perbanding antara total
pendapatan dengan total biaya
Total Renevue = Total Pendapatan ( Rp )
Total Cost = Total biaya yang digunakan( Rp )
Usahatani dikatakan untung apabila hasil yang diperoleh mendapatkan
selisih yang besr antara penerimaan dengan biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan (
R/C Ratio > 1
), dan usahatani dikatakan impas apabila penerimaan sebanding dengan besarnya
biaya yang dikeluarkan ( R/C Ratio = 1
), sedangkan usahatani dikatakan rugi apabila penerimaan lebih kecil dari pada
biaya yang dikeluarkan ( R/C Ratio < 1 ).
BAB
IV
KEADAAN UMUM LOKASI
PRAKTEK LAPANG
4.1. Letak Geografis
Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi
Selatan, secara geografis terletak antara 5o21 13 - 5o35
26 LS dan antara 119o51 42 -120o05 27 BT. Wilayahnya
berbatasan dengan :
Ø Sebelah utara, Kabupaten Gowa dan Bulukumba
Ø Sebelah timur Kabupaten Bulukumba,
Ø Sbelah selatan Laut Flores,
Ø Sebelah barat Kabupaten Jeneponto.
4.2. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di Desa Bonto Maccini dapat dilihat berdasarkan jumlah penduduk, umur dan jenis kelamin. Berdasarkan laporan tahunan di Desa Bonto Maccini jumlah
penduduk sementara yang mendiami daerah tersebut adalah 1.376 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 745
KK
4.3. Keadaan Pertanian
Secara umum masyarakat Desa Bonto Maccini mengalami
dua musim peralihan yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau, para
petani mengandalkan pengairan setengah tekhnis dengan menanam jagung dan
beberapa jenis sayuran. Musim hujan para petani mulai menanam padi dan beberapa
jenis sayuran yang sesuai dengan kondisi cuaca setempat.
4.4
Sarana dan Prasarana
Sarana dan pra-sarana yang digunakan
secara umum; bibit unggul, pupuk(beberapa jenis pupuk yang digunakan), mesin
pertanian (penyemprot, traktor tangan,dsb), alat transportasi (mobil
pengangkut), Badan Usaha Milik Desa (BUMD) sebagai pengumpul, dan sebagainya.
BAB V
HASIL
DAN PEMBAHASAN PRAKTEK LAPANG
5.1
Identitas Responden
a. Umur
Umur
sangat mempengaruhi tingkat prduktifitas petani. Umur yang cukup produktif
berkisaran antara umur 20 – 55 tahun. Umur mempengaruhi kemampuan atau kekuatan
dalam bekerja.
b.
Pendidikan
Pendidikan
juga turut beperan penting dalam kegiatan pertanian. Hal ini berkaitan dengan
pengetahuan tentang disiplin ilmu yang di kuasai dalam penerapan ilmu
pertanian.
c.
Pengalaman berusaha tani
Pengalaman
berusahatani juga berpengaruh terhadap hasil produksi petani. Hal ini terkait
analisisnya dalam melakukan usahataninya kedepan dengan melakukan perbandingan
dengan usahatani sebelumnya.
d.
Luas klahan juga akan sangat berperan
penting dalam produktifitas petani. Dimana jumlah hasil produksi terganjung
dari banyaknya atau luas lahan yang di kelola petani.
Responden
|
Umur (thn)
|
Pendidikan
|
Pengalaman
Ber-U-T
|
Jml tanggungan
|
1
|
30
|
SD
|
15 thn
|
4 org
|
2
|
41
|
SD
|
20 thn
|
4 org
|
Sumber : Data sekunder
yang telah di olah, 2013
5.2 Penggunaan Faktor Produksi
a)
Benih
Benih secara umum adalah
istilah yang dipakai untuk bahan dasar pemeliharaan tanaman
atau hewan.
Istilah ini biasanya dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih kecil
daripada ukuran hasil akhirnya (dewasa)
b)
Pupuk
Pupuk adalah material yang
ditambahkan pada media tanam
atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara
yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk
dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen.
Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sementara suplemen seperti hormon
tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
c)
Pestisida
Pestisida adalah bahan yang
digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme
pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama")
yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya
bermacam-macam, seperti serangga,
tikus,
gulma,
burung,
mamalia,
ikan,
atau mikrobia
yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam
bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
d)
Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis
besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja.
5.3 Analisis Pendapatan Usahatani
Responden
1
No
|
Jenis Saprodi
|
Jumlah
|
Harga (Rp/st)
|
Nilai (Rp)
|
1
|
Benih (Kg)
|
3
bks(15 kg)
|
65.000
|
195.000
|
2
|
Pupuk Urea (Kg)
|
2
zak(100 kg)
|
100.000
|
200.000
|
3
|
Pupuk organik (Kg)
|
2 zak(100kg)
|
75.000
|
150.000
|
4
|
Pupuk SP36 (Kg)
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Tenaga Kerja Keluarga
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Tenaga Kerja Luar Keluarga
|
2
orang
|
45.000
|
90.000
|
7
|
Pestisida (herbisida)
|
1
btl
|
48.000
|
48.000
|
8
|
Bajak
|
1
unit
|
70.000
|
70.000
|
9
|
Cangkul
|
1
unit
|
50.000
|
50.000
|
Sumber : Data sekunder yang telah
di olah, 2013
Respoden 2
No
|
Jenis Saprodi
|
Jumlah
|
Harga (Rp/st)
|
Nilai (Rp)
|
1
|
Benih (Kg)
|
6
bks(30 kg)
|
65.000
|
360.000
|
2
|
Pupuk Urea (Kg)
|
4
zak(200 kg)
|
100.000
|
400.000
|
3
|
Pupuk TSP (Kg)
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Pupuk SP36 (Kg)
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Tenaga Kerja Keluarga
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Tenaga Kerja Luar
Keluarga
|
3
orang
|
45.000
|
135.000
|
7
|
Pestisida (herbisida)
|
1
btl
|
48.000
|
48.000
|
8
|
Traktor tangan
|
1
unit
|
15.000.000
|
|
9
|
Cangkul
|
1
unit
|
50.000
|
50.000
|
Sumber : Data sekunder yang telah
di olah, 2013
Respoden
1
Luas
lahan = 0,30 Ha
Produksi =
500 Kg/Ha
Harga
Jagung = Rp 2300 ,-
Respoden 2
Luas
lahan = 0,50
Ha
Produksi =
700 Kg/Ha
Harga Jagung =
Rp. 2.300
,-
Respoden 1
GOP
Jagung = Rp. 2300/Kg x 500 Kg
= Rp. 1.150.000,-
Respoden 2
GOP
Jagung = Rp. 2.300/Kg x 700 Kg
=
Rp. 1.610.000,-
Respoden 1
Biaya
Variabel (BV) Jagung
a. Benih =
Rp. 195.000
b.
Pupuk Urea = Rp.
200.000
c.
Pupuk ZA = Rp. ,-
d.
Pupuk NPK = Rp. ,-
e.
Pupuk organik = Rp. 150.000
f.
Tenaga kerja luar keluarga= Rp.90.000
g.
Pestisida (herbisida) = Rp. 48.000 +
Total
BV = Rp. 683.000.-
Respoden 2
Biaya
Variabel (BV) Jagung
a. Benih =
Rp. 360.000
b.
Pupuk Urea = Rp. 400.000
c.
Pupuk ZA = Rp. ,-
d.
Pupuk NPK = Rp. ,-
e.
Pupuk organik = Rp. 300.000
f.
Tenaga kerja luar keluarga= Rp.135.000
g.
Pestisida (herbisida) = Rp. 48.000 +
Total
BV = Rp. 1.243.000.-
Respoden 1
Biaya
Tetap (BT) Jagung
a) Pajak
lahan = Rp. 4.500
b) Penyusutan
alat =
Ø Cangkul
=
Rp. 10.000
Ø Bajak
=
Rp. 20.000 +
c) Total
BT Jagung = Rp. 34.500,-
Respoden 2
Biaya
Tetap (BT) Jagung
a. Pajak
lahan = Rp. 5000,-
b. Penyusutan
alat =
Ø Cangkul
=
Rp. 10.000
Ø Bajak
=
Rp. 20.000 +
c. Total
BT Jagung = Rp. 35.000,-
Respoden 1
GM
Jagung = GOP Jagung – BV Jagung
=
Rp. 1.150.000
– Rp. 683.000
= Rp. 467.000
Respoden 2
GM
Jagung = GOP Jagung – BV Jagung
=
Rp. 1.610.000 –
Rp. 1.243.000
= Rp. 367.000
Respoden 1
NFI
Jagung = GM Jagung – BT
Jagung
= Rp. 683.000, – Rp. 34.500
= Rp.6
49.000 ,-
Respoden 2
NFI
Jagung = GM Jagung – BT Jagung
= Rp.367.000 – Rp. 35.000
= Rp.332.000,-
Respoden 1
Π
= TR – TC
=
Rp. 1.150.000, – Rp. 717.500,
=
Rp. 432.500,-
Respoden 2
∏
= TR – TC
=
Rp. 1.610.000,
– Rp. 1.278.000,
=
Rp.332.000,-
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari hasil analisis usahatani kedua
responden menyatakan akan kemampuan produksi tergantung luas lokasi lahan serta
sarana produksi yang digunakan. Beberapa hal turut berperan dalam proses
produksi hasil pertanian yang maksimum.
Beberapa faktor produksi yang turut
berperan penting adalah benih unggul, luas lahan yang dikeolah petani dan
tenaga kerja yang berkompeten termasuk pendidikan, skill, pengalaman
berusahatani serta penggunaan pupuk yang berimbang.
6.2 saran
Agar sekiranya pemerintah dapat
lebih peka terhadap kebutuhan masyarkat petani yang mampu mendongkrak
produktifitas maksimum untuk mencapai ketahanan pangan dearah maupun nasional.
Untuk para mahasiswa dan dosen agar
lebih cermat dalam meneliti dan menilai kondisi masyarakat petani sehingga seluruh
masyarkat petani dan pemerintah dapat disinergikan dengan tujuan bersama,
menciptakan ketahanan pangan nasional.
No comments:
Post a Comment