Selamat Datang Para Pembaca, mari berbagi Ilmu

Sunday 4 November 2012

sistem pangan dan gizi


SISTEM PANGAN DAN GIZI
      Status gizi masyarakat sangat dipengaruhi oleh sistem pangan dan gizi. Sistem pangan dan gizi menyangkut serangkaian aspek sejak tahap produksi sampai tahap pemanfaatan oleh tubuh. Karena banyaknya faktor yang berpengaruh dan pelaku yang terlibat dalam pembangunan pangan dan gizi maka diperlukan pendekatan sistem.
A.   Sistem dan Subsistem Dalam Pangan dan Gizi
Sistem pangan dan gizi adalah suatu rangkaian masukan, proses, dan keluaran sejak pangan masih dalam tahap produksi (berupa bahan produk primer maupun olahan) sampai dengan tahap akhir, yaitu pemanfaatannya dalam tubuh manusia yang diwujdkan oleh status gizi. Hal ini berarti dalam sistem tersebut terdapat serangkaian komponen atau subsistem, yaitu produksi, ketersediaan pangan, distribusi, konsumsi, dan gizi.
B.   Pendekatan Sistem Dalam Pangan dan Gizi
Pembangunan pangan dan gizi melibatkan banyak pelaku, meliputi berbagai aspek dan mencakup interaksi antar wilayah. Oleh sebab itu, pemantapan pembangunan pangan dan gizi hanya dapat diwujudkan melalui suatu kerjasama kolektif dari seluruh pihak yang terkait (Stakebolders), khususnya masyarakat produsen, pengolah, pemasar, dan konsumen pangan. Kinerja para pihak tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi sosial, politik dan keamanan, pelayanan prasarana publik sidang transportasi, perhubungan, telekomunikasi, dan pemodalan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, pengembangan teknologi, perlindungan serta kelestarian sunberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian, pangan merupakan resultan dari potensi sumberdaya alam dan sistem sosial yang mencakup jumlah penduduk, manajemen, iptek, dan kelembagaan.
Mengingat luasnya substansi, faktor-faktor yang berpengaruh serta banyaknya pelaku yang terlibat dalam pembangunan pangan dan gizi maka diperlukan pendekatan sistem. Pendekatan tersebut dikenal sebagai sistem panagan dan Gizi.

C.   Subsistem Produksi/Ketersediaan Pangan
Ketersdiaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan serta turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang mulai dari nasional, provinsi (regional), lokal (kabupaten/kota), dan rumah tangga.
Komponen ketersediaan pangan meliputi kemampuan produksi, cadangan maupun impor pangan setelah dikoreksi dengan ekspor dan berbagai penggunaan seperti untuk bibit, pakan industri makanan/nonpangan dan tercecer. Komponen produksi pangan dapat dipenuhi dari produksi pertanian dan atau industri pangan.
Sebagai negara agraris yang besar, indonesia mempunyai peluang untuk meningkatkan produksi dan ketersediaan pangan nasional. Peluang tersebut meliputi
a.    Teknologi lokal spesifik dan ramah lingkungan dapat dikembangkan untuk mendayagunakan potensi sumberdaya alam (lahan, air, perairan, sumber hayati)
b.    Teknologi agribisnis yang menganut konsep produksi bersih (clean production) sehingga limbah dapat diminilisasi dengan cara memanfaatkan limbah dari suatu usaha sebagai input bagi usaha terkait, untuk memaksimalkan diversifikasi usaha dibidang pangan. Pemanfaatan limbah pertanian misalnya dapat dilakukan untuk memproduksi pupuk kompos, bahan pakan, dan bahan bakar.
Ø  Tingkat produksi
Tingkat produksi pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu a) cara bertani yang lebih produktif, b) mutu dan luas lahan, c) pola penguasaan lahan, d) pola pertanaman, e) tempat tinggal, f) perangsang berproduksi, g) peranan sosial, dan h) tingkat pendapatan.
Ø  Dinamika industri
Petani yang berorientasi pada pasar akan terpengaruh oleh dinamika industri. Petani akan meningkatkan suatu produksi pangan yang sedang banyak dibutuhkan oleh industri, seperti tomat sebagai bahan dasar pembuatan saos tomat, kentang sebagai bahan dasar pembuatan makanan ringan seperti potato chips, dan lain sebagainya.disisi lain, berkembangnya industi memberi dampak pada berkurangnya lahan produktif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi pangan perlu didukung program intensifikasi maupun pembukaan lahan pertanian
Ø  Penanganan pasca panen
Dalam usaha tani kecil yang hanya untuk mencukupi pangan sendiri (subsistence farming) masalah teknologi pascapanen tidak terlalu penting karena bahan makanan yang dipenen langsung dikonsumsi sendiri. Akan tetapi, pada masa kini, biasanya produksi pangan terlebih dahulu melewati proses penanganan pasca panen. Banyak faktor yang mempengaruhi jalur pasca panen, antara lain a) mutu produk yang terkait dengan kondisi pascapanen, b) timbulnya penyusutan dan kerusakan selama penyimpanan dan perjalanan dari produsen ke konsumen. Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap mutu dan nilai gizi pangan.
Ø  Ekspor-impor
Peningkatan produksi dalam negri tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, tetapi juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor-impor. Ekspor-impor merangsang pertumbuhan ekonomi dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perorangan, terutama petani, ekspor dapat dilakukan pada saat harga diluar negeri tinggi dan persediaan pangan dalam negeri mencukupi.
D.   Sistem Distribusi dan Pemasaran
Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat menjangkau kebutuhan pangannya dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Secara aktual, terdapat berbagai permasalahan penting dalam mengembangkan distribusi pangan.
Prasarana distribusi darat dan antar pulau yang diperlukan untuk menjangkau seluruh wilayah konsumen belum memadai sehingga terdapat wilayah-wilayah yang mengalami masalah pasokan pangan pada waktu-waktu tertentu. Hal ini tidak hanya menghambat aksebilitas masyarakat terhadap pangan secara fisik, tetapi juga secara ekonomis karena kelangkaan pasokan akan memicu kenaikan harga dan mengurangi daya beli masyarakat.
Pemasaran pangan biasanya melalui rantai perdagangan yang panjang. Dari petani, pangan berturut-turut bergerak kepedagang pengumpul di desa, pedagang menengah di kecamatan, pedagang besar dikota, pengecer, penjaja sampai ke konsumen. Masing-masing pelaku pada rantai perdagangan tersebut mengambil keuntungan serta memperhitungkan penyusutan, jasa pengangkutan, jasa penyimpanan, dan jasa pelayanan sehingga perbedaan harga penjualan oleh produsen dan harga pembelian oleh konsumen sangat besar.
E.   Subsistem Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial.
Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain. Ekspresi tersebut akan membentuk pola perilaku makanan yang disebut kebiasaan makan.
Jumlah jenis pangan dan jenis serta banyaknya bahan pangan dalam pola makanan disuatu negara atau daerah tertentu, biasannya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Disamping itu, kelangkaan pangan dan kebiasaan bekerja dari keluarga juga berpengaruh terhadap pola makan.
Pangan pokok yang digunakan dalam suatu negara biasannya menempati kedudukan tinggi. Penggunaan pangan tersebut lebih luas dari semua pangan yang lainnya, besar kemungkinannya berkembang karena dihasilkan dari tanaman asal setempat atau setelah dibawa ketempat tersebut tumbuh dengan cepat, kecuali itu, tanaman tersebuat menghasilkan pangan dalam jumlah besar selama musim tanam yang panjang atau yang dapat disimpan dengan mudah untul jangka waktu yang lama.
F.    Subsistem Gizi
Subsistem gizi merupakan resultante dari subsistem sebelumnya, subsistem ini dicerminkan oleh status gizi yang berkaitan dengan penyerapan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh. Dalam hal ini, pangan akan mengalami berbagai tahapan, yaitu pencernaan yang terjadi dari mulut sampai usu, penyerapan (proses zat gizi masuk kedalam darah dan diangkut kesel-sel), pemecahan dan sintesis dalam sel dan pembuangan bahan-bahan yang tidak diperlukan.
Mulai proses pencernaan dalam tubuh, makanan dipecah menjadi zat gizi, kemudian diserap kedalam aliran darah yang mengangkutnya ke berbagai bagian tubuh. Zat gizi yang tidak diperlukan setelah diserap segera disimpan dalam tubuh untuk penggunaan dikemudian hari.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan proses penggunaan zat gizi oleh tubuh.
1)    Kelebihan makan melampaui kebutuhan tubuh akan menyebabkan kegemukan.
2)    Kekurangan energi didalam makanan akan menyebabkan protein makanan (jika perlu juga protein jaringan) dipergunakan sebagai sumber tenaga. Ini sangat merugikan karena pangan sumber protein sangat mahal dan pengurangan jaringan protein akan melemahkan tubuh.
3)    Semua zat gizi sangat penting dalam proses pemecahan dan sintesis zat gizi. Jika makanan tersusun secara seimbang maka akan dihasilkan kesehatan yang sempurna.


No comments:

Post a Comment